Selasa, 16 Desember 2014

fakultas yang ada di UIN Sunan Kalijaga

Program
Program pendidikan yang diselenggarakan UIN Sunan Kalijaga antara lain:
  1. Program Diploma (D3)
  2. Program Sarjana (S1) Reguler
  3. Program Sarjana (S1) Mandiri
  4. Program Magister (S2) Reguler
  5. Program Magister (S2) Khusus Mandiri (Non Reguler)
  6. Program Doktor (S3) by Course
  7. Program Doktor (S3) by Research

DIPLOMA
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
Ilmu Perputakaan (IP D3)

SARJANA
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
Bahasa dan Sastra Arab (BSA)
Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Ilmu Perpustakaan (IP)
Sastra Inggris (SI)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Konsentrasi:
1. Broadcasting
2. Jurnalistik
Bimbingan dan Konseling Islam (BKI)
Konsentrasi:
1. Konseling Islam pada Keluarga dan Masyarakat
2. Konseling Islam pada Sekolah/Madrasah
Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
Manajemen Dakwah (MD)
Konsentrasi:
1. Manajemen Sumber Daya Manusia
2. Manajemen Lembaga Keuangan Islam
3. Manajemen Pelayanan Haji dan Umroh
Ilmu Kesejahteraan Sosial (IKS)
FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
Al-Ahwal al-Syakhsiyyah (AS) / Hukum Keluarga Islam
Perbandingan Mazhab (PM)
Siyasah (S) /Hukum Tata Negara & Politik Islam
Mu’amalat (MU) / Hukum Perdata & Bisnis Islam
Ilmu Hukum (IH)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan Bahasa Arab (PBA)
Manajemen Pendidikan Islam (MPI)
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Pendidikan Guru Raudlotul Athfal (PGRA)
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
Filsafat Agama (FA)
Perbandingan Agama (PA)
Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (IAT)
Sosiologi Agama (SA)
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Matematika (MAT)
Fisika (FIS)
Kimia (KIM)
Biologi (BIO)
Teknik Informatika (TINF)
Teknik Industri (TIND)
Pendidikan Matematika (PMAT)
Pendidikan Fisika (PFIS)
Pendidikan Kimia (PKIM)
Pendidikan Biologi (PBIO)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
Psikologi (PSI)
Sosiologi (SOS)
Ilmu Komunikasi (IKOM)
Konsentrasi:
1. Public Relations
2. Advertising
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Ekonomi Syari’ah (ES)
Perbankan Syari’ah (PS)
Keuangan Islam (KUI)

MAGISTER
PASCASARJANA
Agama dan Filsafat (AF)
Konsentrasi:
1. Filsafat Islam (FI)
2. Studi Al-Qur’an dan Hadis (SQH)
3. Ilmu Bahasa Arab (IBA)
4. Studi Agama dan Resolusi Konflik (SARK)
5. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Pendidikan Islam (PI)
Konsentrasi:
1. Pemikiran Pendidikan Islam (PPI)
2. Manajemen dan Kebijakan Pendidikan Islam (MKPI)
3. Pendidikan Bahasa Arab (PBA)
4. Pendidikan Agama Islam (PAI)
5. Bimbingan Konseling Islam (BKI)
Hukum Islam (HI)
Konsentrasi:
1. Hukum Keluarga (HK)
2. Hukum Bisnis Syariah (HBS)
3. Keuangan Perbankan Syariah (KPS)
4. Studi Politik dan Pemerintahan Islam (SPPI)
Interdisciplinary Islamic Studies (IIS)
Konsentrasi:
1. Pekerjaan Sosial (PS)
2. Ilmu Perpustakaan dan Informasi (IPI)
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Pendidikan Guru Raudlatul Athfal (PGRA)

DOKTOR
PASCASARJANA
Studi Islam (SI)
Konsentrasi:
1. Studi Islam
2. Ekonomi Syari’ah
3. Sejarah Kebudayaan Islam
4. Kependidikan Islam

hasil wawancara


LAPORAN HASIL WAWANCARA
DENGAN ANGGOTA DPRD ATAU PENGURUS PARTAI
Laporan ini disusun untu memenuhi tugas mata kuliah
Pancasila
Dosen pengampu Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si






Oleh
Nama   : Najiba Rahmawati
NIM    : 14410111



Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta
2014

LAPORAN HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan salah satu pengurus Partai Gerindra
Narasumber                 : Muhammad Arif
Jabatan                                    : Sekertaris DPC Kab. Sleman dan Ketua Fraksi DPRD Kab. Sleman Fraksi Partai Gerindra
Hasil wawancara         :
·         Bagaimana pendapat anda tentang kebijakan pemerintah tentang kenaikan harga BBM ini? Apakah anda setuju atau bahkan menolak dengan keputusan ini?
“Jelas disini saya menolak dengan keputusan Pak Presiden Jokowi. Kenapa saya menolak? Alasannya adalah karena keputusan ini telah melukai hati rakyat, bukan karena kenikan BBM-nya namun yang lebih parah adalah efek kebelakangnya atau efek dominonya. Kita lihat kalau BBM naik otomatis semua sektor pasti akan ikut naik semua harga barang dan jasa juga ikut naik. Apa lagi yang paling terkena imbas dari keputusan pemerintah yang dianggap sepihak ini adalah rakyat kecil. Sebagai contoh para pegawai swasta yang kalau dipikir jika upah kerja mereka tidak dinaikkan sedangkan harga barang dan jasa terus saja naik itukan akan sama saja mencekik rakyat kecil. Sedangkan kalau yang pegawai negerikan masih bisa dianggarkan lewat APBD atau APBN. Nah kalau sudah begini yang kena imbas mau tidak mau adalah rakyat kecil. Walaupun pemerintah mengeluarkan bantuan-bantuan seperti kartu sehat, kartu Indonesia pintar atau kartu-kartu yang lain itu tidak terlalu menjamin karena kontrol kenikan harga barang dan jasa itu tidak dipersiapkan oleh pemerintah sebelum kenikan harga BBM. Nah, kenikan harga BBM ini kan disebabkan karena subsidi BBM yang dicabut, padahal uang yang dari subsidi ini yang disetorkan untuk menahan agar harga BBM tidak tinggi dan ketika subsidi itu dicabut dan dialihkan untuk kepentingan yang lain maka secara otomatis keperluan yang lain juga akan naik dan itu tetap tidak cukup. Dan solusi yang baik itu yaitu bagaimana kita bisa memperoleh pemasukan lain selain dari menghilakan subsisdi BBM tersebut. Jadi BBM tersebut teteap bersubsidi namun kita tetap mendapat penghasilan dari luar.”
·         Sudahkah ada tindak lanjut yang dilaukan oleh partai Gerindara sendiri dalam membantu masyarakat menyampaikan keluh kesahnya terhadap para pemegang kekuasaan di negeri ini?
“Dari partai Gerindra ini tentunya sudah mencoba membantu masyarakat dan para aktifis mahasiswa yang berdemo menyamapaikan aspirasinya waktu itu. Nah, ketika para demonstran yang berdemo didepan gedung DPRD Provinsi itu kan yang menerima adalah wakil ketua dari partai Gerindra sendiri jadi kita bisa mendengar langsung apa yang disampaikan oleh para demonstras tetang kenaikan harga BBM tersebut. Dan itu sudah kita proses ke DPR RI karena kebijakan itu diambil secara secara nasional dan yang mengurus kebijakan selanjutkan kan DPR RI. Dan aspirasi yang sudah kita sampaikan itu akan di urus oleh anggota Koalisi Merah Putih yang nantinya akan disampaikan kepada DPR RI. Karena kebijakan kenaikan harga BBM itu diambil tidak melalui proses konsultasi ke DPR padahal seharusnya kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan APBN harus dikoordinasikan kepada DPR”
·         Mengenai masalah berikutnya yang sedang hangat dibicarakan tentang pemilihan walikota bupati atau gubernur, apakah bapak setuju dengan pemilihan yang diwakilkan oleh para DPRD atau bapak memilih untuk tetap dilaksanakan pemilihan secara langsung oleh masyarakatnya?
“Kalau dari fraksi partai Gerindra sendiri kami memilih untuk melaksanakan pemilihan gubernur atau walikota dengan sistem tidak langsung yang artinya kita memilih untuk DPRD saja yang memutuskan siapa yang akan jadi gubernur atau walikota. Alasannya karena masalah anggaran. Kenapa anggaran yang dipermasalahkan? Karena dari situ kita bisa menghemat anggaran untuk biaya pemilui yang secara langsung dan kalau dihitung-hitung dari jumlah kabupaten diseluruh Indonesia jika setiap kabupaten saja mengajukan anggaranyang begitu besar maka nanti dana APBN kita akan terus terkuras. Nah, jika kita melakukan pemilihan walikota atau gubernur dengan diwakilkan oleh DPRD maka kita dapat menghemat dana APBN yang akan dikeluarkan.”
·         Tapi bukannya kalau pemilihan gubernur atau walikota dilakukan secara langsung maka itu akan merebut hak warga itu sendiri. Nah bagaimana bapak menanggapi hal tersebut?
“Kita lihat dulu negara ini kan negara demokrasi terpimpin. Kita bercermin pada pancasila dimana dalam pancasila sila ke empat disebutakan bahwa “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusywaratan perwakilan” hal ini bisa dijelaskan bahwa permusyawartannya adalah MPR dan perwakilannya adalah DPR jadi sesuai amanah sila ke empat ini semua keinginan rakyat itu sudah diwakilkan oleh MPR dan DPR. Dan satu alasan lagi kita belajar dari pemilahan legislatif dan pemilihan presiden kemarin yang menimbulakan banyak konfik yang sampai saat ini belum terselesaikan dari berbagai kubu mempunyai pendapat sendiri-sendiri dan seperti tersekat-sekat dan kemudian menimbukan masalah-masalah baru, jadi untuk menyelesaikan masalah tersebut kita memilih pemilihan gubernur atau walikota dengan cara tidak langsung.”
·         Namun jika kita laksanakan pemilihan secara tidak langsung, bukankah justru akan ada oknum-oknum tertentu yang berusaha memenangkan pemilu ini dengan cara suap menyuap?
“Ini mungkin bisa disebut dengan korupsi politik. Namun korupsi politik ini akan bisa kita minimalisir dalam artian dana yang dikeluarkan oleh si calon itu kalau seandainya dia menggunakan dana untuk memilih dia berarti secara tidak langsung maka bisa dikatakan dia lebih murah karena jika seandainya kalau pemilihan langsung dia akan memberi kepada 500 orang nah sedangkan yang tidak langsung kan hanya memberi 5 orang dengan ini korupsi lebih bisa diminimalisir. Dan hal ini juga lebih bisa cepat terkontrolnya karena tidak terlalu banyak orang yang terlibat didalamnya.”
·         Lalu bagaimana menurut bapak hubungan kinerjannya anggota legislatif dari pihak KMP dan KIH, apakah dirasa ada pertentangan atau bagaimana?
“Iya kalau menurut saya hubungan keduanya baik-baik saja ya dan bisa saling menghargai. Kita lihat kalau dalam prosesnya ini sebenarnya kan merebutkan kekuasaan, nah ketika kita tidak bisa menguasai eksekutif ya kita berusaha kuasai legislatif dan hal itu yang membuat adanya KIH dan KMP yang tujuannya adalah sama-sama memperebutkan kekuasaan. Tetapi ketika proses bekerja antara KIH dan KMP akan bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi di negara ini dan masalah KIH atau KMP itu sudah tidak menjadi masalah lagi.”
·         Kembali kemasalah BBM ya pak, jadi menurut bapak tindakan pemerintah untuk mengatasi masalah kenaikan BBM ini sendiri itu bagaimana?
“Seharusnya pemerintah itu tidak mengurangi subsidi BBM namun berusaha mendapatkan pemasukan keuangaan dari luar untu APBN-nya. Sama seperti yang dikataan Pak Prabowo ketika beliau berpidato yang mengatakan bahwa kebocoran anggaran kita itu terlalu besar dan jika kebocoran itu bisa dikurangi maka kita akan bisa menutup hutang dan anggaran untuk rakyat Indonesia tidak hanya dalam masalah BBM namun juga dalam hal pendidikan, kegiatan yang berkaitan dengan pemerintahan atau yang lainnya. Salah satunya kita bisa mengambil untung dari pajak. Banyak perusahaan-perusahan besar yang mendulang pajak, nah dari situ kita bisa mengambil keuntungan jika kita bisa membagi lagi keuntungan dari kerja sama itu sendiri.
·         Nah dari masalah perusahaan-perusahaan asing yang masuk ke Indoesia yang kebanyakan malah mereka yang mengambil sumber daya alam di Indoseia. Bagaimana pememerintah itu sendiri untuk mengurangi masalah tersebut ?
“Disini kita kan mengadakan kerjasama dengan perusahaan asing yang hasilnya mereka itu hanya terima jadi dan kita hanya diberi 60% dari hasilnya. Dan dalam proses transaksi itu lah yang banyak terjadi korupsi-korupsi sementara kalau kita memproses hasilnya itu sendiri kita harus memulai dari infrastruktur yang baru dari awal dan itu memerlukan proses yang sangat panjang untuk bisa mengolah sumber daya alam kita sendiri. Sebenarnya Indonesia sendiri itu mampu mengolah sumber daya alam ini sendiri namun orang-orang ploitik yang diatas sana itulah yang maunya terima jadi saja jadi prosesnya kemungkinan akan terjadi sangat lama untuk menyelesaikan masalah ini. Dan kurangnya kesadaran untuk mengolah sendiri hasil alam kita sendiri ini juga menjadi hambatan-hambatanya. Akhirnya lahan yang kita punya hanya dikontrakkan kepada pihak asing. Seharusnya kita bisa menegosiasikan lagi hasilnya jika dulu kita hanya dapat 60% nya dari kekayaan alam kita yang diambil maka bagaimana caranya kita bisa mendapat 80% dari hasil sebelumnya tadi.”
·         Lalu dampak dari kenaikan harga BBM itu sendiri khususnya diwilayah Sleman ini apa yang sudah dirasakan atau apa keluhan masyarakat yang sudah bapak dengar?
“Ini kan kemarin kita sempat melukan sidak dipasar-pasar tradisional dan kami mendengar keluhan masyarakat yang sebenarnya masyarakat itu menjerit dengan keputusan ini namun jeritan masyarakat itu tidak didengar sampai keatas entah sudah tuli atau memang pura-pura tuli. “
·         Apakah kenaikan BBM ini ada dorongan dari pihak luar negeri?
“Kalau hal itu saya kurang tau. Namun yang jelas kenikan BBM ini sudah menjadi keputusan yang tidak melihat dari aspek rakyat-rakyatnya yang secara tiba-tiba saja menaikan tanpa ada perunding yang mendalam dengan DPR.”
·         Apakah menurut bapak pemerintahan Pak Jokowi ini masih bisa dilanjutkan apa tidak melihat adanya banyak penolakan tentang keputusan pemerintahan yang baru ini?
“Iya kalau dari partai Gerindra sendiri akan selalu mendukung kinerja pak Jokowi jika ini selama masih berada dijalur yang benar dan wajar dan selalu pro dengan rakyat. Tapikan kita juga harus tahu kalu Pak Jokowi ini menjadi presiden atas perintah partainya. Jadi apapun yang dilakukan Pak Jokowi ini dibelakangnya ada partai dan keputusan-kepusannya itu bukan karena beliau sendiri namun juga dari partai. Salah satu cara untuk memerangi ini adalah kita lobi antar partai untuk membuat kebijakan Pak Jokowi untuk tetap memihak kepada rakyat.”

Makalah Fenomenilogi Menurut Edmud Husserl


FENOMENOLOGI MENURUT EDMUD HUSSERL
Disusun untuk memenuhi
Tugas mata kuliah: Filsafat Umum
Dosen Pengampu: Dr. Usman SS. M. Ag


Disusun oleh:
Nama         : Najiba Rahmawati
NIM          : 14410111

Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta
2014


KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan inayah-Nya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum ini dapat selesai sesuai dengan waktunya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh pada sunnahnya Amin.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya ada hambatan yang selalu mengiringi namun atas kerja sama dan diskusi, akhirnya semua hambatan dalam penyusunan makalah ini dapat teratasi.
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk menambah wawasan khususnya dalam studi filsafat fenomenologi dan adapun metode yang kami ambil dalam penyusunan makalah ini adalah berdasarkan pengumpulan sumber informasi dari berbagai sumber buku,karya tulis dan media massa yang mendukung dengan tema makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan sebagai sumbangsih pemikiran khususnya untuk para pembaca dan tidak lupa kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini. Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan kami untuk kedepannya.
Wassalamualikum Wr.Wb

Yogyakarta, 29 September 2014


Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ 2
DAFTAR ISI................................................................................................................ 3           
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang........................................................................................................ 4
B.     Rumusan Masalah                                                                                                    4
C.     Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A.    Kehidupan Husserl.................................................................................................. 6
B.     Karya-Karya Husserl............................................................................................... 8
C.     Filsafat Fenomenologi Husserl................................................................................ 9
D.    Metode Fenomenologi............................................................................................. 11
E.     Ciri-Ciri Psikologi Fenomenologi............................................................................ 13
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.............................................................................................................. 15
B.     Saran ....................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 16


BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar belakang
Filsafat manusia merupakan bagian integral dari sistem filsafat, yang fokus menyoroti hakikat atau esensi manusia. Ditinjau dari sudut pandang ontologis, filsafat manusia memiliki kedudukan yang relatif lebih penting karena semua cabang filsafat, yakni etika, kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika, bermuara pada persoalan asasi berkenaan dengan esensi manusia. Adapun salah satu pembahasan dalam filsafat manusia yang cukup mendapat perhatian dewasa ini adalah fenomenologi.
Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, phenomenon, yaitu sesuatu yang tampak, yang terlihat karena berkecakupan. Dalam bahasa indonesia biasa dipakai istilah gejala. Secara istilah, fenomenologi adalah ilmu pengetahuan (logos) tentang apa yang tampak. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena atau segala sesuatu yang tampak atau yang menampakkan diri.
Salah satu prinsip dasar lainnya yang terkait dengan fenomenologi menyebutkan bahwa hanya sebuah analisi kegiatan dan susunan kesaran yang bisa memberikan pengertian tentang fenomena yang kita alami karena kesadaran diri mewakili mereka. Edmund Husserl dan para fenomenolog lainnya menekankan aspek kesengajaan dari kesadran; kesadaran diarahkan terhadap objek-objek; ini merupakan asal kesadaran yang bermuat aksi-aksi yang disengaja dan objek-objek yang diinginkan.
Selain itu, fenomenologi juga bisa dilihat dari penolakannya atas empirisme dan metode ilmiah serta filsafat apa pun (misalnya naturalisme) yang bersandarkan padanya. Bahkan, fenomenologi menolak pandangan dunia iliah atau system metafisika yang menggabungkan beberapa ilmu karena ilmu-ilmu tersebut merupakan gambaran dasar dunia secara ilmiah. Fenomenologi dengan sengaja menjadi sebuah filsafat; ini merupakan metode atau fakta independen mengenai ilmu alamiah, ilmu social dan sejarah; filsafat tersebut memperhitungkan kesadaran dan fenomena pengalaman yang hanya berasal dari sebuah filsafat, analisis internal kesadaran dirinya.
Husserl agaknya memiliki sesuatu yang hebat untuk ditambahkan dalam prinsip-prinsip fenomenologi. Husserl melihat dirinya hidup dalam masa krisis, seperti yang dia nyatakan dalam judul yang controversial pada tulisan filsafat terakhirnya, Philosophy and the Crisis of European Man (1935). Krisis intelektual dunia Barat, menurut Husserl, terjadi ketika kita kehilanagan keyakianan akan kepastian rasional dan kebenaran.[1]
Perlu diketahui bahwa di sini penulis hanya membahas beberapa hal dari kehidupan Edmund Husserl. Pertama, kehidupan Husserl. Dalam mendalami pemikirannya, tentu lebih utama kita harus tahu sedikit mengenai identitasnya. Siapa dia, berasal dari mana, bagaimana latar belakang kehidupannya, dan sebagainya. Dua, karya atau pemikiran utamanya. Untuk mengetahui pemikirannya, perlulah kita mengerti terlebih dahulu tulisan-tulisan terpentingnya. Tiga, pikiran-pikiran pokok. Tulisan ini difokuskan pada “pemikiran fenomenologi menurut Edmund Husserl”. Hal itu karena, ia tokoh pertama selaku pendiri aliran ini. Ia mempengaruhi filsafat abad XX secara mendalam sampai pada penemuan akan analisa struktur intensi dari tindakan-tindakan mental dan sebagaimana struktur ini terarah pada obyek real dan ideal.
Bagi Husserl, Fenomenologi ialah ilmu pengetahuan (logos) tentang apa yang tampak (phenomena). Fenomenologi dengan demikian, merupakan ilmu yang mempelajari, atau apa yang menampakkan diri fenomenon. Karena itu, setiap penelitian atau setiap karya yang membahas cara penampakkan dari apa saja, sudah merupakan fenomenologi.
B.            Rumusan Masalah
1.    Bagaimana sejarah kehidupan Husserl?
2.    Apa saja karya-karya Husserl?
3.    Apa yang dimaksud filsafat fenomenologi menurut Husserl?
4.    Bagaimana metode fenomenologis Husserl?
5.    Apa saja ciri-ciri psikologi fenonomenologi?

C.           Tujuan penulisan
Secara umum karya ini memiliki tujuan yaitu untuk memberi wawasan terhadap pengetahuan filsafat pada umumnya dan fenomenologi pada khususnya, mengingat pengetahuan filsafat merupakan pengetahuan yang memerlukan energi yang cukup untuk mempelajarinya, hingga mampu masuk ke “relung” terdalam dari ranah filsafat.


BAB II
PEMBAHASAN
A.           Kehidupan Husserl
Edmund Husserl (1859-1938) dilahirkan di Moravia, sebuah kota yang waktu itu termasuk wilayah Kekaisaran Austria, dan sekarang berada di wilayah Cekoslowaika. Ketika Husserl mulai studi akademisnya, minat utamanya adalah pada matematika dan ilmu-ilmu pengetahuan alam. Untuk pertama kali ia pergi ke Leipzgig pada tahun 1876, tempat ia mengikuti kuliah-kuliah Wilhelm Wundt, pendiri psikologi eksperimental. Windt tidak menimbulkan kesan khusu bagi Husserl, dan dikemudian hari Husserl banyak mengkritik ajaran Wundt. Dua tahun kemudian ia pergi ke Berlin untuk belajar matematika. Dari berlin Husserl pergi ke Wina dan menyelesaikan studinya dengan disertai tentang masalah kalkus pada tahun 1883. Setelah memangku jabatan asisten dosen matematika di Universitas Berlin, Husserl kembali ke Wina pada tahun 1884, dan memusatkan perhatiannya pada studi filsafat dibawah bimbingan Franz Brentano.
Brentano memberikan pengarunya kepada Husserl memalui lebih dari satu jalan. Karena Brentano inilah Husserl memilih filsafat sebagai karir sepanjang hidupnya. Lebih dari itu, ajaran Brentano-lah yang menyuburkan pemikiran Husserl, dan mengarahkannya pada pengembangan fenomenologi. Oleh karena itu gagasan filosofis Brentano merupakan benih bagi filsafat baru ini, Brentano pantas disebut sebagai pelopor gerakan fenomenologi. Husserl mengungkapkan hutang budinya pada Brentano dengan menyebutkan Brentano sebagai “seorang dan satu-satunya guru saya dalam filsafat”. Kepribadian Brentano juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap Husserl. Seperti gurunya Husserl merasa bahwa ia membawa misi yang harus ditunaikan dalam hidupnya. Lambat laun kedua orang ini terpisah secara intelektual. Brentano tidak menyukai sejumlah gagasan Husserl, tetapi mereka tetap menjalin persahabatan. Husserl juga belajar di bawah bimbingan murid Brentano, Carl Stumpf, di HaBe, dan hubungan mereka pun bersahabat. Nayatnya, Husserl mempersembahkan bukunya yang berjudul Logische Untersuchungen (Logical Interstigatons, 1900) kepada Stumpf “dengan rasa hormat dan persahabatan”.
Karir akademis Husserl dalam filsafat dimulai di Universitas Halle pada tahun 1887, ketika ia manjadi dosen setelah menyelesaikan tesis tentang konsp angka. Ia mengajar di Halle selama 14 tahun. Pada tahun 1901 Husserl pindah ke Universitas Gottingen, menjadi guru besar pembantu sampai tahun 1916. Rekannya di Universitas Gottingen ini adalah pelopor psikologi eskperimental, Georg E. Muller, yang memiliki laboratorium yang aktif dan yang mahasiswa-mahasiswanya juga menaruh minat pada kuliah-kuliah Husserl. Di kalangan mahasiswa Gottingen, Husserl menemuka pengikut yang membentuk kelompok khusus untuk mendiskusiakan fenomenologi. Kelompok serupa dibentuk di Universitas Munich. Pada tahap awal gerakan fenomenologi ini perbedaan-perbedaan yang luas dikalangan anggota kelompok-kelompok tersebut mulai tampak.
Pada tahun 1916, Usserl menerima pengangkatan sebagai guru besar penuh di Universitas Freiburg di Breisgau, jabatan yang dipegangnya sampai ia pension pada tahun 1929. Pada periode ini maupun periode sesudahnya, Husserl memberikan kuliah-kuliah fenomenologi di universitas-universitas lain di London, Praha, Wina, dan Paris. Asistennya di Freiburg adalah Martin Heidegger yang kemudian hari menggantikan kedudukan Husserl sebagai guru besar. Husserl meninggal di Freiburg pada tahun 1938, pada usia 79 tahun. Sebelum meninggal, Husserl aktif mengembangkan gerakan fenomenologinya, sehingga sesudah Husserl meninggal fenomenologi telah menjadi geraka yang kuat, dan Husserl sendiri memperoleh pengakuan sebagai seorang intelek yang tajam dan sebagai filsuf yang paling berpengaruh pada abad ke-20.


B.            Karya-Karya Utama Husserl
Selama hidupnya, Husserl telah menerbitkan enam buah buku. Bagaimanapun, disamping keenam bukunya itu, Husserl meninggalkan tulisan sebanyak 47.000 halaman tulisan tanga, dan 12.000 halaman tulisan ketikan. Tulisan-tulisan ini disamping di Arsip Hursserl di Universitas Louvain, Belgia. Lenih dari 20 volume tulisan-tulisan tersebut telah diterbitkan. The New School for Social Research dikota New York menyalin tulisan-tulisan Husserl yang disajikan bagi para mahasiswa di Arsip Husserl, yang dibuka pada tahun 1969. Karya-karya yang dihasilkan oleh Hursserl adalah:
1.      Philosophie der Arithmetik (The Philosophy of Arithmetic, 1891) buku ini belum secara eksplisit menerangkan fenomenologi.
2.      Logische Untersuchungen (dalam bahasa Inggris, Logical Investigation) buku yang kedua ini merupakan permulaan gagasan-gagasan fenomenologi Husserl yang terdiri dari dua volume, yang direvisi dan diterbitkan dalam tiga volume pada tahun 1913. Tema sentral buku tersebut adalah landasan logika.
3.      Ideen zu einer reinen Phanomenologie und phanomenologischen Philosophie (dalam bahas Inggris, Ideas: General Introduction to Pure Phenomenology, 1939), Husserl menghadirkan fenomenologi sebagi metode objektif yang bisa diterapkan pada filsafat ataupun ilmu pengetahuan.
4.      Vorlesungen zu Phanomenolgie des inneren Zeitbewusstseins (Lectures on the Phenomenology of Inner Awareness of Time, 1928) buku ini berisi studi psikologi tentang presepsi waktu.
5.      Formale und Tranzendental Logik (Formal and Transcendental Logic, 1929) dan Erfahrung un Urteil (Experience and Judgement, 1939) buku ini menandai perkembangan lebih lanjut dari fenomenologi Husserl.
6.      Meditations Cartesiennes (dalam bahasa Inggris, Cartesian Meditations, 1931) buku ini adalah buku yang terakhir diterbitkan sebelum Husserlmeninggal yang berisirangkuman kuliah-kuliahnya di Paris, dan yang muncul pertama kali dalam bahasa Prancis.

C.           Filsafat Fenomenologi Husserl
Dalam mengikhtisarkan filsafat Husserl, kita perlu selektif dan memusatkan perhatian hanya pada pemikiran-pemikiran yang relevan dengan psikologi fenomenologi. Oleh karena itu, uraian berikut akan mencakup anggapan-anggapan dasar fenomenologi, karakteristik-karakteristik yang esensial dari metode fenomenologis dan konsep intensionaitas.
Pemikiran Husserl mengalami modifikasi yang sinambung. Sejarawan gerakan fenomenologi mencatat perbedaan atara pemikiran-pemikiran Husserl awal dengan pemikiran-pemikirannya yang terakhir, terutama yang dijumpai dalam tulisan-tulisannya yang diterbitkan sesudah Husserl meninggal. Salah satu konsep terakhir dari Husserl adalah Lebenswelt (life world, dunia hidup, yakni dunia pengalaman sehari-hari), yang mendapat tempat khusus dalam tulisan-tulisan para fenomenolog dan eksistensialis konteporer.
Suatu pendekatan untuk memahami fenomenologi adalah memandangnya dengan refernsi pada masalah filsafat yang paling tua dan paling mendasar: Apa kaitan antara realitas objektif yang hadir diluar pemikiran dengan pemikiran yang kita miliki tentang realitas objektif itu? Bagaimana dua dunia itu, duina pemikiran dan dunia realitas objektif, saling berkaitan? Segenap filsafat telah berusaha menjawab pertanyaan tersebut. Fenomenologi juga telah membuat usaha serupa. Keberangkatannya bertolak dari afirmasi-afirmasi:
Pemerikasaan filosofis tidak bisa dimulai kecuali dari fenomena kesadaran,sebab hanya fenomena itulah yang tersedia bagi kita, dan hanya fenomena itulah bahan yang bisa segera digunakan oleh kita.
Dan hanya fenomena itulah yang membukakan kepada kita, apa esensi sesuatu itu. Fenomenologi juga berlandaskan pada konsep intensionalitas yang akan diuraikan kelak. Dengan konsep intensionalitas, fenomenologi menghindari dilemma subjek-objek yang menurut Rollo May, “mengacaukan pemikiran dan pengetahuan Barat”, khususnya sejak Descartes. Menurut, Husserl, pendekatan yang mungkin untukmengetahui berbagai hal (fenomena) adalah mengeksplorasi kesadaran manusia. Jadi, fenomenologu pada prinsipnya adalah esplorasi yang sangat sistematik dan penuh atas kesadaran manusia.
Fenomena kesadaran itu amat banyak dan beragam: benda-benda, orang-orang, kejadian-kejadian, pengalaman-pengalaman, ingatan-ingatan, pemikiran-pemikiran, suasana-suasana hati (moods), perasaan-perasaan, gambaran-gambaran, khayalan-khayalan, susunan-susunan mental, dan sebagainya. Fenomenologi mencatat frnomena itu, dan mengeksplorasinya melalui metode khusus yang disebut metode fenomenologis. Husserl bukan penemu atau filsuf pertama yang menggunakan metode fenomenologis, melaikan penyempurna yang menspesifikasi kondis-kondis dan objek-objeknya, sera mengangkat status metode fenomenologi itu sebagai suatu prosedur filosofis yang frundamental. Metode fenomenologis menjadi kunci bagi sistem filsafat Husserl. Memalui penggunaan metode fenomenologis, Husserl berharap bisa memperbaharui filsafat dan, pada gilirannya, bisa membangun filsafat ilmiah yang menyajikan basis bagi segenap ilmu pengetahuan. Langkah pertma yang diambil Husserl ke arah pembangunan filsafat ilmiah itu adalah menunukan kekeliruan psikologisme, yakni suatu teori yang menyebutkan bahwa kebenaran matematika dan logia bergantung pada huku-hukum psikologis. Husserl memandang hukum-hukum logika dan matematika bukan sebagai hokum-hukum yang kebenarannya bergantung pada hokum-hukum psikologis atau dihasilkan dari proses-proses psikologis, tetapi sebagi hukum-hukum yang membuktikan dirinya sendiri benar, universal, dan abadi.
Upaya Husserl untuk membangun ilmu rigorous membawanya pada radikalisme “filsafat”, yaitu perjuangan untuk kembali kepada sumber, landasan awal, akar, atau permulaan dari semua jenis dan bentuk pengetahuan atau teori yang selama ini sudah kita ketahui dan kita anggap sebagai pengetahuan atau teori yang ‘benar’. Ajakan ini sudah sanggat terkenal dalam duna filsafat. Husserl mengekspresikam ajakan ini melalui Zu den sachen selbst, ‘kembali kepada benda itu sendiri’, atau ‘kembali ke realitasnya sendiri’. Maksudnya, kembali kepada gejala pertama dan asli, seperti yang dituju oleh semua pengetahuan, konsep, proposisi, dan teori, atau hokum yang terdapat dalam semua filsafat dan ilmu.
Sebagai filsafat, fenomenologi menurut Husserl member pengetahuan yang perlu dan esensial mengenai apa yang ada. Dalam berbagai tahapan penelitiannya, Husserl menemukan objek-objek yang membentuk dunia yang kita alami. Dengan demikian, fenomenologi bisa dijelaskan sebagai metode kembali ke benda itu sendiri, dan ini disebabkan karena benda itu sendiri merupakan objek kesadaran langsung dalam bentuk yang murni. Aspek fenomenologi Husserl yang berusaha menggali perngkat hokum kesadaran manusiawi yang esensial serta kait-mengkait disebut fenomenologi transcendental.[2]


D.           Metode Fenomenologis
Metode fenomenologis terdiri dari pengujian terhadap apa saja yang ditemukan dalam kesadaran atau dengan kata lain, terhadap data atau fenomena kesadaran. Sasaran utama metode fenomenologis bukan lah tindakan kesadaran, melainkan objek dari kesadaran,umpannya, segenap hal yang dipersepsi, dibayangkan, diragukan, atau disukai. Tujuan utamanya adalah menjangkau esensi-esensi hal-hal tertentu yang hadir dalam kesadaran. Metode fenomenologis dipraktekkan dengan cara yang sistematis, melalui berbagai langkah atau teknik. Spiegelberg dalam Phenomenologi Movement (1971) merinci tujuh langkah yang terdapat dalam metode fenomenologis. Yang paling mendasar dan digunakan secara luas, juga oleh para ahli psikologi, adalah deskripsi fenomenologis bisa dibedakan ke dalam tiga fase: mengintuisi, menganalisis, dan menjabarkan secara fenomenologis. Mengituisi artinya mengkonsentrasikan secara intens atau merenungkan fenomena. Menganalisis adalah menemukan berbagai unsure atau bagian-bagian pokok dari fenomena dan pertaliannya. Sedangkan menjabarkan adalah menguraikanfenomena yang telah diintuisi dan dianalisis, sehingga fenomena itu bisa dipahami oleh orang lain.
Langkah lainnya dari metode fenomenologis adalah Wessenschau, yang bisa diterjemahkan menjadi ‘pemahaman terhadap esensi-esensi’ (insight of essences), ‘pengalaman atau kognisi tentang esensi-esensi’ (experience or cognition of essences). Akan tetapi, Spiegelberg lebih suka menerjemahkan istilah Wessenschau itu menjadi ‘pengintusian esensi-eseni’ (intuiting of essences). Istilah ‘pengintuisian’ digunakan oleh Spiegelberg untuk menghindari kesamaran serta konotasi mistik yang mungkin timbul dari penggunaan istilah ‘intuisi’ pengistuisian esensi-esensi disebut juga ‘pengintuisian eidetik’ (eidetic intuiting). Kata ‘eidetik’ berasal dari eidos yang artinya esensi, yang dipinjam Husserl dari Plato. Fungsi pengintuisian eidetik  itu adalah untuk menangkap atau mencapai esensi-esensi berbagai hal melalui fenomena. Pencapaian esensi biasanya menyertakan survai atas sesuatu yang memperluasnya menjadi lebih umum. Contohnya menyurvai berbagai corak bayangan merah atau objek-objek berwarna yang mengarah pada pencapaian esensi kemerahan atau warna. Husserl menyebutkan pencapaian esensi itu reduksi eidetic (eidetic reduction).
Reduksi eidetis bertujuan mengungkapkan struktur dasar (eidos) dari suatu fenomena murni atau yang telah dimurnikan. Reduksi ini merupakan prasyarat fenomenologi yang hendak menjadi ilmu yang rigorous sehingga melampai apa yang bersifat aksidental atau eksistensial. Caranya adalah menunda sifat yang aksidental atau eksistensial dari objek sehingga yang tersisa hanya pengalaman itu sendiri. Menurut Spiegelberg jika fenomenologi hendak menjadi ilmu yang rigorus, ia harus tidak puas dengan apa yang bersifat aksidental atau eksistensial. Apa yang bersifat aksidental atau eksistensial adalah sesuatu yang selalu berubah, tidak tetap, dan tidak pasti. Jika bersifat tidak pasti atau sesuatu yang selalu berubah, fisafat tidak mungkin bersifat rigorous. Oleh karena itu dalam reduksi eisetis, yang mesti kita lakukan adalah jangan dulu mempertimbangkan atau mengindahkan apa yang sifatnya aksidentan atau eksistensal dengan ‘menunda dalam tnda kurung ‘ sifat-sifat yang aksidental atau eksistensial dari objek.
Reduksi fenomenologis bertujuan membendung segenap prasangka subjek mengenai objek yang hendak dicari esensinya. Segala prasangka disimpan dalam ‘tanda kurung’ dan akhirnya reduksi fenomenologis hanya meyodorkan kesadaran sendiri sebagai sebuah fenomen. Tujuan reduksi fenomenologis diarahkan pada sujek sehingga yang tersisa hanya kesadran diri. Syarat utama bagi keberhasilan penggunaan metode fenomenologis adalah membebaskan diri dari praduga-praduga atau pengandaian-pengandaian. Adalah merupakan suatu keharusan dalam mengeksprosi kesadaran itu seluruh penyimpangan, teori-teori, keyakinan-keyakinan, dan corak-corak berpikir yang telah menjadi kebiasaan, disingkirkan atau ‘disimpan di dalam tanda kurung’ (bracketed), kata Husserl, meminjam konsep yang berasal dari matematik.
Reduksi transcendental dimaksudkan bahwa kita samapi pada subjek murni. Sumua yang tidak ada hubungannya dengan kesadaran murni harus dikurungkan. Dua bentuk reduksi sebelumnya  dimaksudkan untuk memperoleh esensi objek. Dengan demikian, ada pada tahap ‘kembali kepada objek’. Namun, karena Husserl lebih tertarik pada ‘subjek’ atau pada gejala kesadaran sendiri, ia tidak lagi bergelut dengan esensi objek, tetapi dengan esensi subjek (kesadaran) beserta aktivitasnya. Untuk tujuan tersebut, disusunlah sebuah prosedur reduktif lagi yang disebut reduksi transeendental.  


E.            Ciri-Ciri Psikologi Fenomenologi
Terdapat konsepsi-konsepsi yang berbeda dan konspsi-konspsi yang keliru tentang psikologi fenomenologi. Dalam arti yang paling luas, suatu psikologi yang membahas pengalaman personal dalam buah pemikirannya, dan yang membahas pengalaman personal dalam buah pemikirannya, dan yang menerima dan menggunakan deskripsi fenomenologis, baik secara eksplisit maupun secara implisit, bisa disebut psikologi fenomenologi. Psikologi ini berlawanan dengan psikologi yang hanya mengakui observasi objektif atas tingkah laku, dan menyisihkan introspeksi dan deskripsi fenomenologis dalam metodologinya. Definisi psikologi fenomenologi yang luas ini paling luas digunakan dan tersirat dalam tulisan-tulisan sejarawan psikologi Edwin G. Boring.
Dalam arti yang paling sempit, psikologi fenomenologi adalah psikologi Husserl yang berdiri terpisa dari psikologi empiris dan berfungsi sebagai batu loncatan kepada bentuk fenomenologi yang lebih radikal: fenomenologi transcendental. Di antara psikologi Husserl dan fenomenologi transcendental itu adalah konsep tentang psikologi yang:
1.      Mengikuti motto Husserl, “kembali kepada berbagai hal itu sendiri” (Zu den Sachen selbst), yang artinya membiarkan berbagai hal (fenomena) memperlihatkan dirinya dalam kesadaran.
2.      Melandaskan penbenaran filosofisnya pada filsafat fenomenologi, dan secara luas dikonsepsikan sebagai studi tentang data dari kesadaran yang hadir segera atau langsung, yang validitasnya dibangun diatas konsep, intensionalitas.
3.      Secara konsisten menerapkan metode fenomenologis, yakni mendeskripsikan fenomena secara tak terbias. 
4.      Menempuh pengeksplorasian pengalaman manusia dalam segenap fasetnya tanpa praduga-praduga filosofis.
Jadi menurut konspsi semacam itu,psikologi fenomenologi bukanlah suatu aliran atau sistem teoretis seperti asosianisme, psikologi Gestalt, atau psiko-analisis. Psikologi fenomenologi adalah suatu pendekatan, orientasi, dan metodologi dalam eksplorasi-eksplorasi psikologis.
Yang vital bagi psikologi fenomenologi adalah asumsi bahwa “segenap observasi dan teori ilmiah pada akhirnya berlandaskan pada pengalaman hidup sehari-hari yang langsung, segera dan spontan, yang oleh fenomenologi disingkap” sebagaimana dinyatakan oleh Joseph F. Doncell (1967). Ajaran yang sama dirumuskan oleh Merleau-Ponty: “Keseruluhan alam ilmu pengetahuan dibangun di atas dunia yang dialami langsung, dan jika kita ingin mengubah ilmu pengetahuan itu sendiri kepada penyelidikan yang kukuh dan samapi pada penaksiran yang tepat atas makna dan lingkupnya, maka kita harus mulai dengan membangkitkan kembali pengalaman dasar tentang dunia yang bagi ilmu pengetahuan merupakan ekspresi kedua”.
Cirri-ciri berikut ini yang menunjukan sifat psikologi fenomenologi berikut realisasinya dengan pendekatan-pendekatan lain dalam psikologi:
1.      Metode dasarnya adalah metode fenomenologis yang telah dikemukakan sebelunya. Metode-metode tambahan dan teknik-teknik yang baik bagi studi tentang pengalaman manusia dan relasainya dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, serta dengan dunia, secara sinambung dicari dan dikembangkan.
2.      Tujuannya adalah memahami manusia dengan segenap aspeknya.
3.      Minat utamanya terletakpada pengalaman manusia dan eksplorasi kualitatifnya. Psikologi fenomenologi juga mempelajari tingkah laku, tetapi menentang pembatasan yang eksklusif yang menganggap psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang hanya mempelajari tingkah laku dan pengendaliannya.
4.      Psikologi fenomenologi menolak segenap asumsi tentang sifat-sifat kesadaran, kecuali asumsi bahwa kesadaran itu intensional. Psikologi fenomenologi sangat menentang konsep “tabula rasa” tentang kesadaran, pandangan yang asosianistik dan seluruh kecenderungan reduksionis.
5.      Psikologi fenomenologi menyukai dan menekannkan pendekatan holistic dalam mempelajari masalah-masalah psikologis.
Ciri-ciri tersebut di atas tidak semua ada pada setiap ahli psikologi fenomenologi. Kalaupun ada, cirri-ciri tersebut tidak menampakan diri dalam pemikiran setiap ahli psikologi fenomenologi dalam derajat yang sama. Bagaimanapun, cirri-ciri tersebut cenderung melandasi, paling tidak secara implisit, pandangan-pandangan dan penyelidikan-penyelidikan para ahli psikologi fenomenologi. Pendekatan fenomenologis yang dewasa ini sering bercampur dengan orientasi eksistensial, telah diterapkan pada berbagai area pskologi secara teoritis, eksperimental, dan klinis. Para ahli psikologi fenomenologi menekankan bahwa psikologi mereka bukanlah suatu system yang tertutup, melainkan suatu gerakan yang selalu tumbuh dan meluas dalam dialektika yang berkesinambungan dengan orientasi-orientasi lain.


BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Dari pembahasan-pembahasan yang telah disampaikan dapat disimpulkan bahwa fenomenologi menurut Husserl adalah penjabaran tentang fenomena ‘murni’, kesadaran atau pengalaman-pengalaman, tanpa mempersoalkan apakah objek-objek yang dituju oleh kesadaran itu ada secara kongkret atau hanya khayalan (tidak riel).
Dan di mana ciri khas pemikiran Husserl tentang bagaimana semestinya menemukan kebenaran dalam filsafat terangkai dalam satu kalimat “Nach den sachen selbst” (kembalilah kepada benda-benda itu sendiri). Dengan pernyataan ini Husserl menghantar kita untuk memahami realitas itu apa adanya serta mendeskripsikan seperti apa dan bagaimana realitas itu menampakkan diri kepada kita. Namun sesungguhnya usaha kembali pada benda-benda itu sendiri, bagi Husserl adalah kembali kepada realitas itu sebagaimana dia tampil dalam keasadaran kita. Apa yang tampil kepada kita itulah yang disebut fenomena.
Fenomenologi secara khusus berbicara tentang kesadaran dan strukturnya, atau cara-cara bagaimana fenomena muncul pada kita. Karena kesadaran semestinya merupakan apa, di mana segala sesuatu menyatakan dirinya dan fenomenologi adalah studi tentang kesadaran, maka fenomenologi merupakan filsafat utama.
B.            Saran
Diharapkan pembaca dapat memahami pengertian fenomenologi menurut Husserl. Dan setelah memahami, kita dapat mengetahui dan menjadikan sebuah pengertian ini sebagai kajian tersendiri di cabang ilmu filsafat ini.


DAFTAR PUSTAKA

·         Sobur, Alex.2013. Filsafat Komunikasi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya
·         Misiak, Henryk & Virgiinia Staudt.2005.Psikologi Fenomenologi, Eksistensial dan Humanistik. Bandung. PT Refika Aditama
·         http://zinabzilullah.wordpress.com











[1] Levine, 1984
[2] Bagus dalam Sutrisno & Hardiman, 1992: 88-89